EVOREO.COM – Adopsi kecerdasan buatan (AI) di Indonesia mengalami lonjakan signifikan dalam setahun terakhir. Laporan terbaru dari Amazon Web Services (AWS) menunjukkan bahwa pada tahun 2024, jumlah bisnis yang memanfaatkan AI mencapai 18 juta, atau 28% dari total bisnis di Indonesia, menandai peningkatan sebesar 47% dari tahun sebelumnya.
Meskipun terjadi pertumbuhan yang pesat setara dengan lebih dari sepuluh bisnis mulai mengadopsi AI setiap menitnya sepanjang 2024 terdapat perbedaan mendalam dalam pemanfaatannya. Riset AWS bertajuk “Unlocking Indonesia’s AI Potential” mengungkapkan adanya kesenjangan antara perusahaan rintisan (startup) dan perusahaan besar yang lebih mapan.
Startup terbukti lebih gesit dalam mengintegrasikan AI secara mendalam, dengan 52% telah mengadopsi teknologi ini dan 34% di antaranya bahkan sudah memanfaatkannya untuk mengembangkan produk atau layanan baru. Sebaliknya, meski 41% perusahaan besar telah menggunakan AI, mayoritas (76% dari total bisnis) masih terbatas pada fungsi dasar seperti efisiensi operasional dan otomatisasi proses. Hanya sebagian kecil yang telah mencapai tahap inovasi produk (21%) atau memiliki strategi AI yang komprehensif (22%).
Kondisi ini berisiko menciptakan apa yang disebut sebagai “ekonomi dua tingkat,” di mana startup memimpin inovasi sementara perusahaan besar tertinggal. Nick Bonstow dari Strand Partners menekankan bahwa fokus seharusnya tidak hanya pada angka adopsi, tetapi juga pada kedalaman dan pemerataan pemanfaatan AI di seluruh skala bisnis.
Tantangan utama yang menghambat adopsi AI secara lebih luas adalah kurangnya talenta digital. Sebanyak 57% bisnis menyatakan kesulitan menemukan tenaga ahli sebagai kendala utama. Selain itu, startup menghadapi tantangan spesifik berupa akses pendanaan, di mana 41% menganggap modal ventura sebagai kunci pertumbuhan.
Dari sisi regulasi, pelaku bisnis berharap adanya aturan yang dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan (51%) dan menciptakan stabilitas hukum (47%). Biaya kepatuhan juga menjadi isu, dengan rata-rata bisnis mengalokasikan 25% anggaran untuk hal ini.
Untuk mengatasi risiko kesenjangan ini, AWS merekomendasikan tiga langkah prioritas:
Anthony Amni, Country Manager AWS Indonesia, menyimpulkan bahwa kolaborasi untuk mengatasi hambatan-hambatan ini sangat penting agar Indonesia dapat memaksimalkan potensi ekonomi AI dan mempertahankan daya saingnya di tingkat global.
Tidak ada komentar